Informasi Detail
Nama lengkap Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram
Julukan Laskar Mataram
Naga Jawa
Berdiri 5 September 1929
Stadion Stadion Mandala Krida Yogyakarta
Pemilik PT PSIM Jaya Yogyakarta
Direktur Utama 🇮🇩 Yuliana Tasno
Manajer 🇮🇩 Razzi Taruna
Pelatih 🇮🇩 Seto Nurdiantoro
Asisten Pelatih 🇮🇩 Erwan Hendarwanto
Liga Liga 2 (Indonesia)
Situs web 🔗 Situs web resmi klub
Kelompok suporter Brajamusti
Mataram Independent
Note :
Update Informasi 03 Juli 2024

Ngebait.com - Bagi pencinta sepak bola di Indonesia, khususnya masyarakat Yogyakarta, nama PSIM tentu sudah tidak asing lagi. Klub sepak bola yang identik dengan sebutan "Warisane Simbah" ini memiliki sejarah panjang yang penuh lika-liku, menjadi saksi perjalanan sepak bola nasional.  Yuk, kita nostalgia dan kupas tuntas tentang sejarah Klub PSIM Yogyakarta!

Kelahiran Sang Legenda (1929-1930)

Embrio PSIM berawal dari sebuah organisasi sepak bola bernama Persatuan Sepakraga Mataram (PSM) yang didirikan pada 5 September 1929. Nama Mataram sendiri dipilih karena Yogyakarta kala itu merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Mataram (Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat).  

Hanya berselang beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 27 Juli 1930, PSM resmi berganti nama menjadi Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (PSIM). Perubahan nama ini tidak lepas dari semangat pergerakan nasional untuk meraih kemerdekaan Indonesia.  Sejak awal kelahirannya, PSIM tidak hanya menjadi wadah olahraga, tetapi juga turut menjadi simbol perjuangan bangsa.

Era Perserikatan: Masa Kejayaan PSIM (1931-1994)

Beralih ke era Perserikatan, kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia sebelum tahun 1994, PSIM menjelma menjadi salah satu kekuatan yang disegani. Torehan prestasi yang diraih PSIM pada era ini pun tak main-main.

Pada tahun 1932, PSIM berhasil meraih gelar juara nasional pertamanya setelah menaklukkan VIJ Jakarta di partai final.  Keberhasilan ini menjadi bukti kehebatan PSIM pada masanya.  Meski belum bisa menambah gelar juara nasional, PSIM secara konsisten menunjukkan tajinya di kompetisi Perserikatan.  Buktinya, PSIM mampu mencapai posisi runner-up sebanyak lima kali, yakni pada tahun 1939, 1940, 1941, 1943, dan 1948.

Selain itu, era Perserikatan juga diwarnai rivalitas klasik antara PSIM dengan Persebaya Surabaya.  Pertemuan kedua kesebelasan ini selalu dinantikan para pecinta sepak bola karena tensi pertandingan yang tinggi dan gengsi yang besar.  Rivalitas sehat ini turut mewarnai perjalanan sejarah sepak bola Indonesia.

Menuju Era Profesional (1994-2008)

Memasuki tahun 1994, dunia sepak bola Indonesia mengalami perubahan besar dengan dibentuknya Liga Indonesia sebagai kompetisi sepak bola profesional. Perubahan format kompetisi ini juga membawa ketidakstabilan, tak terkecuali bagi PSIM.

Di era Liga Indonesia, PSIM sempat menghuni kasta tertinggi.  Namun, perjalanan PSIM tidak selalu mulus.  Berbagai kendala, seperti persoalan finansial dan manajemen, membuat PSIM beberapa kali terdegradasi ke kasta yang lebih rendah.

Meski begitu, bukan berarti PSIM tidak menjukkan kegigihannya untuk kembali ke kasta tertinggi.  Pada tahun 2001, PSIM berhasil menorehkan prestasi gemilang dengan menjuarai Piala Indonesia.  Pencapaian ini menjadi bukti bahwa semangat "Warisane Simbah" masih membara di hati para pemain dan suporter PSIM.

Pasang Surut dan Tantangan (2008-Sekarang)

Perjalanan PSIM di era modern penuh dengan pasang surut.  Klub kebanggaan masyarakat Yogyakarta ini beberapa kali mengalami degradasi dan promosi di kasta Liga Indonesia.  Fluktuasi performa ini tak lepas dari berbagai faktor, seperti inkonsistensi permainan, keterbatasan finansial, dan pergantian manajemen.

Di tengah berbagai tantangan, PSIM tetap memiliki basis suporter yang setia dan fanatik, yaitu Brajamusti dan The Maident.  Dukungan tak kenal lelah dari kedua kelompok Suporter menjadi kekuatan pendorong bagi PSIM untuk bangkit dan meraih prestasi.

Pada tahun 2010, sepak bola Yogyakarta sempat dilanda krisis dengan adanya dualisme kepengurusan PSIM. Hal ini memicu gerakan "Save Our PSIM" yang digagas oleh para suporter dan pecinta sepak bola Yogyakarta.  Gerakan ini berhasil mendorong penyelesaian dualisme dan membawa PSIM kembali ke jalurnya.

PSIM: Warisan Budaya dan Kebanggaan Yogyakarta

Lebih dari sekadar klub sepak bola, PSIM Yogyakarta memiliki arti penting sebagai warisan budaya dan kebanggaan masyarakat Yogyakarta.  Nilai-nilai ke Yogyakartaan seperti keberanian, sportivitas, dan gotong royong tertanam kuat dalam semangat PSIM.

PSIM juga menjadi simbol persatuan masyarakat Yogyakarta.  Ketika PSIM berlaga, rivalitas antar daerah di Yogyakarta seolah luntur.  Semangat "Warisane Simbah" menyatukan para suporter dari berbagai penjuru Yogyakarta untuk mendukung tim kebanggaan mereka.

Stadion yang digunakan sebagai laga kandang PSIM adalah Stadion Mandala Krida, yang memiliki kapasitas 25.000 orang penonton. DED (Detail Engineering Design) Stadion Mandala Krida selesai pada akhir 2012 dan selanjutnya dilakukan renovasi total serta penataan fisik bangunan. Penataannya akan dilaksanakan 2013. Pematangan desain terus dilakukan oleh BPO dan rekanan yang telah ditunjuk. DED di bahas selama pertemuan dalam waktu 2 minggu. Pada tahap awal akan disiapkan dana sebesar Rp 6 miliar. Ini dilakukan agar untuk mengantisipasi agar penggunaan dana bisa dipertanggung jawabkan, terkontrol, dan juga transparan. 

Renovasi Stadion Mandala Krida ini datang dari berbagai kalangan. Mayarakat sering menggunakannya untuk banyak aktifitas. Seperti olahraga panjat tebing, jogging, bola voli pasir, sepatu roda, tenis lapangan, balap motor, dan panahan Sejumlah fasilitas akan ditambahkan di kompleks stadion tertua di Yogyakarta ini. . Sisanya GOR Amongrogo yang hanya berjarak kurang lebih 50 meter akan dioptimalkan untuk cabor lain.

Menatap Masa Depan PSIM Yogyakarta

Di tengah pasang surut yang dihadapi, PSIM terus berbenah dan menatap masa depan dengan penuh optimisme.  Harapan besar dari para suporter dan pengelola klub adalah membawa PSIM kembali ke masa kejayaannya dan menjadi salah satu kekuatan yang disegani di sepak bola nasional.

Dengan semangat Warisane Simbah yang terus berkobar, PSIM Yogyakarta siap menapaki lembaran baru sejarahnya dan mengukir prestasi yang membanggakan bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia.

Kesimpulan

PSIM Yogyakarta merupakan klub sepak bola bersejarah dengan perjalanan panjang dan penuh lika-liku.  Klub ini tak hanya menjadi wadah olahraga, tetapi juga menjadi simbol perjuangan bangsa, warisan budaya, dan kebanggaan masyarakat Yogyakarta.  Dengan semangat "Warisane Simbah" yang tak pernah padam, PSIM Yogyakarta siap menatap masa depan dan mengukir prestasi gemilang.